Minggu, 07 Juni 2015

Platyhelminthes

PRAKTIKUM V

Topik                 : Platyhelmithes
Tujuan               : 1.  Mengetahui ciri morfologi dari phylum Platyhelmithes
2.  Mengamati cara gerak Planaria
3. Mengamati bagian-bagian tubuh/ciri morfologi dari Fasciola hepatica
Hari/tanggal       : Kamis /  26 Maret 2015
Tempat              : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.   ALAT DAN BAHAN
     A. Alat :
1.      Mikroskop
2.      Kaca benda
3.      Kaca penutup
4.      Pinset
5.      Cawan Petri
6.      Kaca arloji
B. Bahan :
Preparat/awetan Planaria dan Fasciola hepatica

II.  CARA KERJA
            Cara mendapatkan planaria : habitat di peraiiran sungai, danau yang jernih, aliran air yang tidak terlalu deras dan dangkal, berikan potongan daging/cacing tanah kecil pada sela-sela batu dan tidak terbawa aliran air, tunggu beberapa saat.
A.    Planaria
1.      Meletakkan Planaria pada kaca benda dan tutup dengan kaca penutup.
2.      Meletakkan kaca benda pada mikroskop.
3.      Mengamati morfologi Planaria dan cara geraknya.

B.     Fasciola hepatica
Meletakkan preparat/awetan Fasciola hepatica, amati di bawah mikroskop stuktur dan anatomi dari Fasciola heptica, bagian mulut (anterior), sistem pencernaan, saraf, kelenjar vitellin, organ reproduksi dan gambarkan serta beri keterangan.

III. TEORI DASAR
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani : platy + helmintes ; platy = pipih, helmintes = cacing. Bila dibandingkan dengan Porifera dan Coelenterata, maka kedudukan Phylum Platyhelminthes adalah lebih tinggi setingkat. Hal itu dapat dilhat dengan ciri-ciri yang dimiliki, sebagai berikut : tubuh bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, mempunyai auricle, arah tubuh sudah jelas, yaitu mempunyai arah anterior – posterior dan arah dorsal – ventral, bersifat triploblastik, sebab dinding tubuhnya sudah tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan lapisan endodermis, sudah mempunyai sistem syaraf  yang bersistem tangga tali, yang terdiri dari sepasang ganglia yang membesar di bagian anterior  dan sepasang atau lebih syaraf yang membentang dari arah anterior ke posterior, tubuhnya sudah dilengkapi dengan gonad yang telah mempunyai saluran tetap dan juga alat kopulasi yang khusus. Tetapi hewan ini masih tetap tergolong hewan tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah ( hermafrodit ).
            Anggota dari Phylum ini yang telah dikenal meliputi 10.000 hingga 15.000 spesies. Dari sekian itu berdasarkan sifat-sifat khusus hewan dewasa, maka Phylum Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : kelas  Turbelaria, kelas Trematoda dan  kelas Cestoda.
1.      Kelas Turbellaria (cacing pipih berambut getar)
            Permukaan tubuhnya bersilia, dan ditutupi oleh epidermis yang bersintium, hampir semua anggota kelas ini hidupnya bebas, hanya beberapa yang hidup secara ektokomensalis atau secara parasit,  tubuhnya dibagi atas segmen-segmen. Sebagian dari padanya dilengkapi dengan bulu-bulu getar, disamping itu juga dilengkapi dengan sel-sel yang dilengkapi dengan zat mukosa (lendir) Riwayat hidup cacing ini sangat sederhana. Contoh : Planaria, Bipalium.
2.      Kelas Trematoda (cacing hisap)
            Mempunyai 2 alat hisap, yaitu alat penghisap oral dan ventral. Hampir semua Trematoda bersifat parasit terhadap hewan vertebrata baik secara ekto maupun secara endoparasit. Tubuhnya tidak dilengkapi oleh epidermis maupun silia (kecuali fase larvanya). Tubuhnya seperti daun, dan dilengkapi dengan alat penghisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula. Contoh : Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum.
3.      Kelas Cestoda (cacing pita)
            Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermafrodit. Tubuhnya  terdiri atas kepala (skolek), leher dan proglotid yang ukurannya makin besar dan makin dewasa ke arah belakang. Makanan diperoleh dengan menyerap zat makanan dari inangnya melalui seluruh tubuh. Contoh : Taenia solium, Taenia saginata.


V. ANALISIS DATA
1. Planaria sp
Klasifikasi
Kingdom           : Animalia
Phylum              : Platyhelminthes
Class                  : Turbellaria
Ordo                  : Tricladida
Family               : Tricladidae
Genus                : Planaria
Species              : Planaria sp
Sumber              : (Verma. 2002)
Planaria sp dapat ditemukan di sungai, mata air, kolam dan danau di bawah batu-batuan atau di tempat-tempat yang agak dingin. Biasanya cacing ini menempel di batuan atau di daun yang tergenang air. Bila kita ingin mengambil cacing ini cukup kita beri umpan sepotong daging ke perairan yang kita duga terdapat cacing itu. Bila ditempat itu memang ada cacing Planaria sp maka cacing tersebut akan menempel pada umpan.
Bentuk tubuh Planaria ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing. Panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi Planaria yang hidup di darat dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada tubuh sebelah ventral.
Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian Planaria tidak dapat melihat.
Kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor ditemukan lubang mulut. Lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharynx yang dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal. Kerongkongan ini dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur, kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan biasa disebut proboscis.
Di bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher.
Cacing ini bergerak dengan cara mengangkat bagian posterior tubuhnya. Tepat dibawah bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga. Dan tepat dibawah kepala terdapat bagian menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala yang disebut leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral ditemukan zona adesif.
Zona adesif tersebut menghasilkan zat yang liat yang berfungsi untuk melekatkan diri dipermukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral pada tubuh terdapat rambut-rambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan.
Planaria sudah memiliki alat indera yang berupa bintik mata dan indera aurikel, yang keduanya terletak di bagian kepala. Planaria bersifat hermafrodit, maka di dalam tubuh terdapat alat kelamin jantan maupun alat kelamin betina
Planaria akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah obyek-obyek yang lain. Di bawah sinar difus, cacing itu aktif bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Biasanya mereka berkelompok antara 6 – 20 ekor. Pada waktu istirahat biasanya mereka melekatkan atau menempelkan diri pada suatu obyek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif dari pada tubuh. Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur. Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior – posterior dan dorsal – ventral.
Makanan cacing ini terdiri dari hewan-hewan kecil lainnya yang masih hidup maupun yang telah mati. Cara makan atau menangkap mangsa pada Planaria, mula-mula Planaria sp bergerak meluncur selama mengejar mangsanya kemudian ujung anteriornya dibelokkan apabila tersentuh oleh mangsa kemudian Planaria sp akan melingkarinya. Dengan lendir excert glandulae mucosae yang terdapat di sepanjang sisi badan dan kapsula, maka mangsa dapat lingkari dengan erat menangkap mangsa. Setelah itu mangsa yang sudah dilingkari tadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Kemudian Planaria sp diam dengan separo badan mangsa pada bagian anterior dan separo badannya diliputi bagian posteriornya. Untuk selanjutnya faring akan ditonjolkan keluar untuk mengambil mangsa dan dengan segera mangsa ditarik masuk ke dalam mulut bersama faring.
Sistem pencernaannya terdiri atas mulut, proboscis, faring dan usus yang bercabang. Mulut terletak pada permukaan ventral tepatnya di bagian belakang tengah tubuhnya. Proboscis yaitu tenggorokan yang dapat ditonjolkan ke luar yang terletak kira-kira di tengah-tengah mulut. Faring terletak tepat di belakang. Makanan masuk melalui mulut, dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus. Cabang usus tersebut ada 3, satu menuju anterior dan dua menuju posterior. Makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkan kembali melalui mulutnya karena Planaria sp tidak mempunyai anus.

2. Fasciola hepatica
Klasifikasi
Kingdom           : Animalia
Phylum              : Platyhelminthes
Class                  : Trematoda
Ordo                  : Digenia
Family               : Digeniadae
Genus                : Fasciola
Species              : Fasciola hepatica
Sumber              : (Verma, 2002)
Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari kelas Trematoda, ciri-ciri dari cacing hati ini mempunyai dua alat isap, satu didepan dan satu lagi dibagian belakang tubuhnya. Mulutnya terletak di tengah-tengah alat isap depan. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan hewan pemakan rumput lainnya, dan kadang ditemukan juga pada manusia.
Kedua alat hisap itu berfungsi sebagai alat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat dengan akhir posterior. Kecuali itu terdapat lubang lain sebagai akhir dari saluran laurer.
Tubuh cacing hati berbentuk lonjong, tipis, pipih dan tidak memiliki segmen, berbentuk seperti daun dengan panjang 3-5 cm dan lebar sekitar 1 cm. Tubuh cacing ini  triploblastis, dimana ektodermnya yang tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Ektoderm mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar.  Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Disamping itu terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.  Cacing ini hidup pada habitat  air tawar dan tempat-tempat yang lembab.
Fasciola hepatica yang dewasa hidup sebagai parasit dalam kantung empedu atau hati pada hewan vertebratae, kadang-kadang juga ditemukan pada manusia. Mulut terletak di sebelah anterior. Di sekitar mulut dan di daerah ventral terdapat alat hisap yang fungsinya sebagai alat penempel pada hospesnya, yaitu mamalia dan siput. Alat hisap tersebut dilengkapi dengan otot-otot yang tersusun atas 3 lapisan dan terletak di bawah ektoderm : 1) lapisan luar melingkar; 2) lapisan tengah longitudinal; 3) lapisan dalam yang diagonal. Di antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital yang berfungsi sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak dekat akhir posterior, dan terdapat lubang lain sebagai akhir dari saluran Laurer. Makanan cacing ini berupa jaringan atau cairan-cairan tubuh dari inang.
Sistem ekskresi pada Fasciola hepatica terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel api. Pada masing-masing tubuh terdapat beberapa pembuluh pengumpul  yang membentang longitudinal.
Alat reproduksi jantan terdiri atas : sepasang testis, dua pembuluh vas diferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi dan penis. Alat reproduksi pada betina terdiri atas : saluran tunggal ovarium, saluran oviduct, kelenjar pembungkus ovum, saluran vetelline, kelenjar yolk, dan uterus.
Seekor cacing di dalam hati inang (yang biasanya hewan ternak) bisa bertelur sekitar 500.000 butir. Telur Fasciola hepatica menuju ke usus dan mengikuti perjalanan sisa makanan bersama aliran empedu. Kemudian keluar ke alam bebas bersama dengan kotoran (tinja). Telur yang fertil dapat menetes apabila jatuh di tempat yang lembab atau basah,  seminggu setelah menetes akan menjadi larva.
Larva ini akan berkembang serta tumbuh silia dan disebut mirasidium. Kemudian berenang mencari tubuh siput air tawar/keong dari marga Lymnaea dengan menggunakan silianya, siput air tawar/keong dijadikan sebagai intermedier. Mirasidium akan mati apabila selama 8 jam tidak mendapati siput. Di dalam tubuh siput, selama 2 minggu tumbuh dan ukurannya membesar seperti kantung disebut sporocist dan berkembang menjadi redia.
Redia terus berkembang dan berekor disebut sercaria, yang bentuknya seperti kecebong. Dengan ekornya kemudian keluar dari tubuh keong dan berenang menuju rumput atau tumbuhan air lain di sekitarnya, yang kemudian menjadi sista. Jika sista bersama rumput termakan oleh ternak, di usus akan pecah dan  menghasilkan larva yang disebut metaserkaria. Metaserkaria menembus dinding usus kemudian mengikuti peredaran darah menuju ke hati. Akhirnya tumbuh menjadi cacing dewasa.






VI.    KESIMPULAN
1.      Phylum Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : kelas  Turbelaria, kelas Trematoda dan  kelas Cestoda.
2.      Planaria  merupakan salah satu contoh anggota phylum  platyhelminthes yang termasuk dalam kelas Turbelaria.
3.      Planaria memiliki tubuh pipih (dorsoventral), bilateral simetri dan tidak bersegmen.
4.      Tubuh Planaria bagian dorsal memiliki auricle (aurikula/berbentuk telinga) dan eyespot (bintik mata), sedangkan tubuh bagian ventral terdapat  mulut, faring, dan lubang kelamin.
5.      Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur.
6.      Fasciola hepatica merupakan salah satu contoh anggota phylum  platyhelminthes yang termasuk dalam kelas trematoda .
7.      Bagian-bagian morfologi Fasciola hepatica terdiri dari mulut, penghisap, tubuh, dan saluran ekskresi.

VII.   DAFTAR PUSTAKA

Halang, Bunda dkk. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Hegner, Robert.W. & Joseph G.Engemann. 1968. Invertebrates Zoologi. London: The Macmillan Company Collier-Macmilllan Limited.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.


Verma,PS. 2002. A Manual Of Practical Zoologi Invertebrata. New Delhi : Schand dan Company LTD. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar