Minggu, 07 Juni 2015

Tata Letak Daun, Rumus Daun, dan Diagram daun


PRAKTIKUM III

Topik               :  Tata Letak Daun, Rumus Daun dan Diagram Daun
Tujuan              : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun
Hari/tanggal     :  Sabtu/ 7 Maret 2015
Tempat             :  Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.       ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat :
  1. Baki/nampan
  2. Alat tulis
B.     Bahan-bahan :
  1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
  2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
  3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
  4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
  5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.    CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirostik dan tripirostik).
2.      Menentukan rumus daun : 1/2, 2/5, 3/8, dst.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun.

III.    TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun  berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8,  5/13,  8/21dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun
            Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram Tata Letak Daun
            Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.    Spirostik dan Parastik
            Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya tata letak daun pada batang mengikuti garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik.
            Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut kearah ke samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya lagi ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.

IV.   HASIL PENGAMATAN
A.       Tabel hasil pengamatan
No.
Nama Spesies
Tata Letak daun
Rumus daun
1.
Hibiscus rosa-sinensis
Tunggal tersebar
2/5
2.
Allamanda cathartica L.
Berkarang
-
3.
Pandanus sp
Trispirostik
-
4.
Amaranthus spinosus L.
Tunggal tersebar
2/5
5.
Carica papaya L.
Tunggal tersebar
3/8


V.       ANALISIS DATA
1.    Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Klasifikasi
Kingdom           :Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Ordo                  : Malvales
Family                : Malvaceae
Genus                : Hibiscus
Species               : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Sumber: Steenis, 2002)
Pada tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) daunnya tersebar, setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun sehingga tata letak daun sepatu adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Oleh karena itu rumus daun tanaman ini dapat dicari.
Daun kembang sepatu merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang kembang sepatu terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun sepatu adalah tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun kembang sepatu diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak.
Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang kembang sepatu hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, yang merupakan rumus daunnya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

2.    Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Ordo                  : Gentianales
Family                : Apocynaceae
Genus                : Allamanda
Species               : Allamanda cathartica L.
(Sumber: Steenis, 2002)
Tanaman alamanda (Allamanda cathartica L.) mempunyai daun yang letaknya berkarang, dimana pada setiap buku batang tanaman ini terdapat beberapa daun sekaligus sehingga pada tanaman Alamanda ini tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
Daun alamanda (Allamanda cathartica L) adalah termasuk daun berkarang (folio verticillata), Struktur batang merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat, bercabang dan beranting banyak. Sehingga bila tanaman. Ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal. Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan.
Pada tiap-tiap batang tanaman alamanda terdapat empat daun yang dengan demikian tata letak daun adalah berkarang. Oleh karenanya tidak dapat menentukan rumus daun alamanda ini.

3.    Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Ordo                  : Pandanales
Family                : Pandanaceae
Genus                : Pandanus
Species               : Pandanus sp
(Sumber: Steenis, 2002)
Morfologi daun pandan (Pandanus sp.) yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau tua, daun bentuk pita berpelepah.
Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau disebut trispirotik. Oleh karena itu, tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.

4.    Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Ordo                  : Caryophyllales
Family                : Amaranthaceae
Genus                : Amaranthus
Species               : Amaranthus spinosus L.
(Sumber: Steenis, 2002)
Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) merupakan salah satu tumbuhan berumur pendek yaitu sekitar satu tahun (annual). Selain itu juga disebut juga tumbuhan herba.
Daun bayam merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak.
Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang bayam hingga mencapai daun yang sejajar tadi. Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, yang merupakan rumus daunnya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

5.    Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Magnoliophyta
Classis                : Magnoliopsida
Ordo                  : Violales
Family                : Caricaceae
Genus                : Carica
Species               : Carica papaya L.
(Sumber: Steenis, 2002)
Pepaya (Carica papaya L.) memilki batang yang lurus, bulat silindris dan sebelah dalamnya berupa spons yang berongga. Daun pepaya merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak.
 Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah tiga kali mengelilingi batang pepaya hingga mencapai daun yang sejajar tadi. Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, yang merupakan rumus daunnya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:


VI.        KESIMPULAN
1.        Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan berkarang.
2.        Rumus daun hanya dapat dihitung apabila tanaman tersebut memiliki tata letak daun yang tersebar.
3.        Rumus daun daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
4.        Contoh tanaman yang dapat dihitung rumus daunnya adalah Kembang Sepatu, Bayam dan Pepaya.
5.        Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) rumus daunnya a/b = 2/5, sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
6.        Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) rumus daunnya a/b = 2/5, sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
7.        Tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), rumus daunnya a/b = 3/8, sudut disvergensinya 3/8 x 360° = 135°
8.        Contoh tanaman yang rumus daunnya tidak dapat dihitung adalah Pandan dan Alamanda.
9.        Tumbuhan alamanda (Allamanda cathartica L.) letak daunnya berkarang atau tersusun dalam satu lingkaran sehingga sulit ditentukan rumus daunnya.
10.    Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.) merupakan spirostik yang tidak dapat ditentukan rumus daunnya.

VII.          DAFTAR PUSTAKA
Amintarti, Sri dan M. Arsyad. 2015. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Penerbit Usaha Batang. Banjarmasin
Steenis, Van. 2002. Flora. PT. Pradaya Paramita. Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar